Halaman

Minggu, 10 Oktober 2010

Sulitnya Mendeteksi Dua Penyakit ALERGI yang Mematikan

Bookmark and Share

Reaksi alergi bisa bermacam-macam mulai dari gatal-gatal, kepala pusing, mual, pingsan hingga yang parah seperti sindrom Stevens-Johnson dan Toxic Epidermal Necrolysis. Sulitnya mendeteksi membuat siapa saja rentan terhadap kedua alergi yang mematikan ini.

Reaksi alergi ini paling sering ditemui akibat konsumsi obat tertentu, tapi beberapa kasus ditemukan akibat infeksi atau penyakit


Kedua reaksi alergi ini dapat mengancam hidup penderitanya. Seperti dikutip dari MayoClinic, Selasa (19/1/2010) inilah penjelasan kedua reaksi alergi ini, yaitu:

Sindrom Stevens-Johnson

Sindrom Stevens-Johnson (SJS) adalah kelainan serius pada kulit dan selaput lendir akibat reaksi dari obat atau adanya infeksi, kondisi ini sangat jarang terjadi. Seringkali reaksi ini dimulai dengan gejala mirip penyakit

Sindrom ini merupakan kondisi medis darurat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Perawatan yang diberikan terfokus pada menghilangkan penyebab, mengendalikan serta meminimalkan timbulnya komplikasi.

Penyembuhan setelah terkena SJS bisa mencapai mingguan atau bulanan, tergantung dari tingkat keparahan kondisi pasien. Jika disebabkan oleh obat-obatan, maka pasien harus menghindarinya secara permanen.

Tanda dan gejala dari SJS biasanya meliputi pembengkakan di muka, lidah membengkak, sakit pada kulit, ruam kulit berwarna merah atau ungu yang menyebar dalam hitungan jam atau hari, melepuh pada kulit dan selaput lendir terutama di mulut, hidung dan mata serta kulit yang mengelupas. Beberapa hari sebelumnya muncul demam, sakit tenggorokan, batu dan mata seperti terbakar.

SJS memerlukan perhatian medis yang segera, terutama jika gejala-gejala tersebut sudah muncul.
Penyebab pasti SJS tidak selalu dapat diidentifikasi dengan pasti, biasanya akibat reaksi alergi dari obat, infeksi atau penyakit tertentu.

Obat-obatan yang terkait dengan SJS adalah obat anti asam urat (allopurinol), obat anti peradangan non-steroid (NSAID), obat untuk infeksi seperti sulfonamid dan penisilin dan obat untuk kejang-kejang (antikonvulsan). Infeksi yang dapat meyebabkan SJS adalah herpes, influenza, HIV, difteri, tifus dan hepatitis. Dalam beberapa kasus SJS dapat disebabkan oleh terapi radiasi atau sinar ultraviolet.

SJS adalah suatu reaksi alergi yang sangat langka dan tak bisa diduga. Sampai saat ini tidak ada tes yang tersedia untuk membantu memprediksi siapa yang lebih berisiko.

Toxic Epidermal Necrolysis

Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) adalah gangguan kulit yang dapat mengancam hidup dan ditandai dengan kelainan kulit melepuh atau mengelupas dari lapisan atas kulit. Gangguan ini dapat disebabkan oleh reaksi obat seperti penisilin atau akibat penyakit lain. Sekitar sepertiga dari semua kasus yang didiagnosis tidak dapat diketahui penyebabnya.

TEN menyebabkan kulit mengelupas sehingga meninggalkan daerah besar yang terlihat seperti tersiram air panas. Kehilangan lapisan kulit ini dapat menyebabkan hilangnya cairan dan garam serta memudahkan terjadinya infeksi.

Gejala yang paling umum dari TEN adalah kulit mengelupas seperti lembaran, rasa tidak nyaman, badan demam dan kondisi ini bisa menyebar ke mata, mulut hingga alat kelamin. Terkadang gejala yang ditimbulkan mirip dengan kondisi penyakit kulit lainnya.

Pengembangan dari penyakit ini bisa terjadi dengan cepat, biasanya dalam waktu 3 hari. Perawatan yang diberikan rumah sakit seringkali masuk ke unit luka bakar.

Pengobatan khusus yang diberikan pada pasien biasanya tergantung dari kondisi kesehatan secara menyeluruh, usia dan riwayat kesehatan, keparahan kondisi dan toleransi terhadap obat, prosedur atau terapi tertentu.

Pengobatan yang diberikan bisa berupa isolasi untuk mencegah infeksi, melindungi luka dengan perban, pemberian cairan dan elektrolit melalui intravena dan antibiotik. Perawatan yang diterima bisa gabungan semuanya atau hanya salah satu saja.

Baik SJS atau pun TEN jika kondisinya parah bisa mengakibatkan kematian. Angka kematian untuk TEN sekitar 30-35 persen, sedangkan untuk SJS sebesar 5-15 persen.

Berdasarkan beberapa penelitian dan observasi didapatkan rasio penderita untuk TEN sebesar 1 dari 1,4 juta penduduk sedangkan untuk SJS 1-3 dari 1 juta penduduk.

"Sindrom Stevens-Johnson dan TEN merupakan alergi berat di kulit dan mukosa (selaput lendir), tapi alergi ini sangat jarang terjadi dan bisa juga disebabkan oleh non-obat. Sebaiknya waspadai apapun gejala yang timbul," ujar Dr Dante Saksono, SpPD, PhD saat dihubungi detikhealth, Selasa (19/1/2010).
 
Source/ref: DetikHealth - Jan 2010

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More