Halaman

Jumat, 22 Oktober 2010

KRISIS KEUANGAN, Federasi-Federasi Yahudi di Amerika Serikat Terancam BANGKRUT

Bookmark and Share

Bukan hanya komunitas Yahudi yang resah karena ikut terkena dampak krisis ekonomi di AS, tapi juga organisasi-organisasi Yahudi di Negeri Paman Sam itu. Masa depan organisasi Yahudi suram karena mulai kekurangan aliran dana segar untuk mendukung kegiatan-kegiatan mereka. Sejak setahun krisis melanda AS, sudah banyak organisasi-organisasi Yahudi yang mengetatkan anggarannya, merancang program darurat untuk menghadapi tuntutan layanan sosial dan menghadapi situasi ke depan yang masih belum pasti. Bahkan banyak diantara organisasi-organisasi Yahudi itu yang sudah merumahkan sejumlah karyawannya.

Joe Kanfer, Ketua Dewan Penasehat United Jewish Communities (UJC) mengatakan, sepanjang sejarah tidak pernah terjadi sebuah organisasi Yahudi mem-PHK staffnya atau mengambil kebijakan untuk tidak melakukan kegiatan atas dasar pemikiran kegiatan tersebut tidak perlu dilakukan . "Ini menyakitkan dan menyedihkan bagi komunitas kami," kata Kanfer.


Ia mengungkapkan, pemasukkan dana organisasi penggalangan dana dan organisasi bantuan sosial Yahudi menurun sekitar 5 sampai 15 persen, sejak krisis finansial melanda AS. Dalam kasus terburuk, ada yang pemasukan dananya menurun hingga 20 persen. Tapi Kanfer berkelit, organisasi-organisasi Yahudi masih punya cukup dana dan belum ada organisasi yang terindikasi bakal bangkrut. Ia juga sesumbar, bahwa komunitas Yahudi di AS, meski berat, mampu mengatasi dan beradaptasi dengan situasi sulit ini


Di sisi lain Kanfer mengakui, persoalan yang lebih berat dialami oleh yayasan-yayasan sosial yang bernaung dibawah organisasi-organisasi Yahudi. Seperti yayasan yang mengelola sekolah atau insitusi-institusi lainnya yang tidak memiliki donatur tetap. Yayasan dan institusi ini terancam tutup, jika tidak punya dana lagi untuk membiayai operasionalnya. Paling tidak, yayasan dan institusi itu harus bergabung atau melakukan restrukturisasi.


"Dalam kondisi ini, organisasi-organisasi Yahudi harus mencari cara baru dan lebih kreatif untuk mendapatkan uang. Kita tidak bisa menentukan prioritas, apakah kita harus memberi bantuan untuk Israel atau pada Yahudi Rusia. Kami tidak bisa mengatakan salah satunya lebih penting. Tiap komunitas Yahudi harus menentukan prioritasnya sendiri," papar Kanfer.


Organisasi-organisasi Yahudi di AS dalam setahun belakangan ini, dihantam oleh dua badai sekaligus. Badai krisis keuangan di AS dengan jatuhnya bursa Wall Street dan badai kasus penipuan skema Ponzi yang dilakukan Yahudi AS, Bernard Madoff. Banyak organisasi dan lembaga Yahudi AS yang menjadi korban penipuan Madoff.


Anggota Dewan Direksi United Jewish Appeal (UJA) di New York, Karen Spar Kasner menyatakan, jumlah permohonan bantuan lewat telepon yang masuk ke federasi yang dipimpinnya, terus bertambah setiap hari. Mereka yang menghubungi kantor federasi itu meminta bantuan finansial, lowongan kerja, rencana mengubah karir dan bantuan dana untuk biaya perumahan. Padahal UJA sendiri sudah mem-PHK sekitar 52 karyawannya dua minggu yang lalu.


Program Penyelamatan Yahudi

 
Organisasi dan federasi Yahudi di AS kini sedang berjuang menyelamatkan diri mereka sendiri. Mereka mencari cara masing-masing untuk mengatasi krisis keuangan yang dialami komunitas Yahudi. Jewish Federation of Metropolitan (JFM) di Chicago membuat program yang disebut J-help dengan cara mendistribusikan bantuan lewat para rabbi Yahudi.

Di Chicago terdapat ratusan sinagog dan ratusan rabbi. Kalangan Yahudi kelas menengah di kota ini cenderung malu untuk meminta bantuan ke pusat-pusat layanan sosial dan lebih senang mengadukan kesulitannya pada para rabbi. Lewat program J-help, JFM memberikan dana pada para rabbi yang mengatur pada siapa saja dana itu akan diberikan, tanpa harus melewati birokrasi yang berbelit.


"Kami juga berusaha mencarikan pekerjaan. Tapi dalam situasi resesi ekonomi sekarang ini, mencari pekerjaan bukan hal yang gampang. Sementara orang-orang Yahudi kaya di AS dan Israel tidak tahu bahwa di sini juga ada Yahudi-Yahudi yang miskin," kata Presiden JFM, Dr. Steven B Nasatir.


Krisis finansial menyebabkan orang-orang kaya Yahudi kehilangan 20-50 persen kekayaannya. Mereka memang tidak langsung jatuh miskin, tapi mereka jadi mengurangi sumbangannya.


Nasatir menggambarkan betapa buruknya dampak krisis ekonomi AS kali ini terhadap kesejahteraan komunitas Yahudi. Menurutnya, jika dalam waktu 18 bulan ke depan resesi bisa diatasi, maka posisi organisasi-organisasi Yahudi aman dari sisi keuangan. Tapi jika sampai 18 bulan ke depan, resesi ekonomi masih terjadi, ceritanya bakal lain. Komunitas Yahudi AS bakal hidup sengsara tanpa sokongan dana bantuan.


Hampir seluruh lapisan komunitas Yahudi yang tersebar di pelosok AS mengalami krisis keuangan. CEO Jewish Federation of Greater Washington, Dr. Misha Galperin mengungkapkan, pertumbuhan warga Yahudi di wilayahnya termasuk cepat. Yahudi yang datang ke Greater Washington adalah kalangan profesional muda dengan status sosial kelas menengah. Tidak kaya, tapi berkecukupan. Tapi ada juga Yahudi yang hidup dibawah garis kemiskinan. Kedua kelompok Yahudi ini, kata Galperin, sama-sama mengalami problem ekonomi yang serius.


"Anggaran satu tahun yayasan-yayasan sosial kami sudah habis dalam waktu tujuh bulan. Permintaan bantuan lowongan kerja melonjak drastis sampai 300 persen. Penggalangan dana turun 25 persen. Bulan Oktober kemarin, kami memangkas dana anggaran sebesar 10 persen dan melakukan reorganisasi. Gaji para manajer senior dipotong, begitu pula pembayaran bantuan sosial untuk mereka yang usianya dibawah 50 tahun," papar Galparin memaparkan kondisi federasinya.


Mereka menyatakan bahwa krisis ini bukan akhir dunia. Namun siapa yang bisa menjamin pemerintah AS mampu memulihkan perekonomiannya yang sudah hancur lebur dalam waktu yang singkat. Paket-paket bantuan dan stimulus yang digulirkan pemerintahan Barack Obama belum menunjukkan titik terang bahwa resesi akan segera dilewati. Jika demikian, mampukah komunitas-komunitas Yahudi AS bertahan? Atau inikah awal dari kehancuran Yahudi AS akibat kepongahannya sendiri.

Yahudi AS Tergerus Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi ternyata sanggup meminggirkan Yahudi dari AS. Di seluruh negeri, federasi Yahudi memangkas anggaran mereka, memecat sebagian stafnya, mencari program dadakan yang darurat untuk bisa bertahan, merebut sesuatu di depan mereka walaupun tak pasti dan mengharap situasi yang berat itu akan segera berakhir sebelum Yahudi itu memberikan pengorbanan lebih banyak lagi.

Menurut Joe Kanfer, ketua Dewan Perwalian Komunitas Yahudi di Amerika sekarang ini banyak federasi yang dimiliki oleh Yahudi harus ditutup. Hal ini menjadi sesuatu yang tak bisa dihindari, walau belum ada satupun federasi itu yang bangkrut. Sudah bukan rahasia lagi, selama ini, federasi Yahudi sangat bergantung pada suntikan dana bantuan dari pemerintah AS. Sekarang ketika bantuan itu dihentikan, apa yang dilakukan oleh Yahudi?

Joe Kanfer menjelaskan bahwa sekarang korporasi-korporasi yang dimiliki oleh Yahudi bersatu dan memberikan bantuan. Al hasil, sekolah dan pusat Yahudi masih bisa diselamatkan untuk untuk sementara waktu. "Pemasukan kami memang menurun 5, 15 sampai 20%, tapi masih ada cukup biaya untuk menjalankan federasi Yahudi." terang Joe.

Dalam beberapa bulan ini, federasi Yahudi memang mengalami hantaman besar. The United Jewish Appeal-Federation (UJA) yang berbasis di New York dan merupakan federasi Yahudi terbesar di AS, misalnya saja sudah dua kali menerima hantaman besar ekonomi yaitu dengan jatuhnya Wall Street dan Bernard Madoff's Ponzi. "Situasinya memang mengkhawatirkan sekarang ini." imbuh Kanfer. "Semua orang Yahudi kehilangan pekerjaan dan rumah makan pun kosong. Efek krisis ekonomi ini begitu besar dan membuat semua orang menjadi stress. Dua pekan lalu, UJA memberhentikan 52 pekerjanya, setelah sebelumnya juga mem-PHK 20 staf."

Salah satu solusi yang dibuat oleh para Yahudi itu adalah dengan mendistribusikan bantuan melalui para rabbi. Ratusan rabbi yang bertugas di sinagoga sekarang dibekali uang untuk diberikan kepada orang Yahudi yang tengah dililit masalah ekonomi. Dalam beberapa waktu saja, banyak keluarga Yahudi yang jatuh miskin. Di Chicago mosalnya, 20 persen dari populasi Yahudi sudah berada dalam garis kemiskinan. "Selama ini memang, negara Israel tidak menyadari hal ini. Mereka hanya tahu bahwa komunitas Yahudi itu makmur. Tapi inilah kenyataannya." ujar Dr. Steven B. Nasatir, presiden UJA. Menurut Nasatir, program ini jelas ditujukan untuk warga Yahudi kelas menengah yang sudah morat-marit di tengah bencana ekonomi.

Berhasilkah program ini? Nasatir sendiri meragukannya. Jika hanya untuk jangka pendek mungkin ya. Tapi untuk jangka yang sangat panjang, Nasatir tidak yakin Apalagi pemerintah AS pun tampaknya tidak begitu lagi memprioritaskan bantuannya kepada komunitas Yahudi yang ada di AS.



Source/ref: Swaramuslim.net - Apr 2009



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More