Halaman

Selasa, 19 April 2011

STANDAR EMISI Perbaiki Kesehatan & Iklim

Bookmark and Share

Grenbelt – Analisa terbaru tim ilmuwan yang dipimpin Drew Shindell dari Goddard Institute for Space Studies (GISS) menunjukkan, standar emisi kendaraan yang ketat sangat baik bagi kesehatan, agrikultur dan iklim.

Shindell dan rekan menggunakan model komputer komprehensif serta simulator iklim dalam penelitiaannya. Ditemukan, asap kendaraan menjadi penyumbang besar perubahan iklim di semua negara, khususnya negara berkembang.

Para ilmuwan menggunakan teknik permodelan yang dikembangkan di GISS guna membandingkan skenario dasar dengan asumsi standar emisi pada satu dekade mendatang.

Skenario kedua, sebagian besar negara mengadopsi standar ketat serupa Eropa dan Amerika Utara.

Kendaraan di dua daerah tersebut, menghasilkan lebih sedikit partikel dan gas-gas polusi, termasuk oksida nitrat dan karbon monoksida. Skenario agresif mengasumsikan, misalnya,

China, India, dan Brazil mengadopsi standar ‘Euro 6’ di 2015, standar ini merupakan rezim yang akan mengurangi emisi partikel sekitar 85%, oksida nitrogen sekitar 65%, dan karbon monoksida sekitar 70% untuk kendaraan penumpang.

Skenario agresif mengasumsikan pengurangan emisi besar di Amerika Latin, Afrika, dan Timur Tengah yang memiliki standar longgar. Aturan emisi di Amerika Utara sedikit lebih ketat dibanding Eropa. Studi ini diterbitkan pada edisi perdana ‘Nature Climate Change’.

Materi partikulat dari asap kendaraan dapat menyelinap melalui pertahanan tubuh dan menembus jauh ke dalam paru-paru. Di sana, materi ini bisa memicu berbagai penyakit, termasuk asma, jantung dan bronkitis. Ozon, karbon monoksida atau hidrokarbon serta sinar matahari dapat membahayakan manusia dan tanaman.

Pada manusia, produk tersebut membakar lapisan saluran udara dan membuat proses bernapas menjadi lebih sulit dan paru-paru akan luka setelah terpapar untuk jangka waktu lama. Pada tanaman, membran sel menjadi rusak, fotosintesis melambat dan mengurangi hasil.

“Penerapan standar agresif pada 2015 akan mendukung pencegahan kematian 200 ribu orang di dunia, menyelamatkan 13 juta ton butir serealia dari kerusakan ozon, dan menghemat US$1,5 triliun atas kerusakan kesehatan tiap tahunnya setelah 2030,” papar Shindell.

Setelah lima tahun, jumlah untuk menyelamatkan satu juta jiwa, yakni lebih dari 50 juta ton makanan, dan US$7,5 triliun untuk kerusakan kesehatan manusia. Kerusakan kesehatan berdasarkan teknik akuntansi ekonom digunakan untuk mempertimbangkan manfaat peraturan penyelamatan jiwa yang disebut ‘nilai statistik kehidupan’.

Sebagai perbandingan, PBB memperkirakan, gempa bumi dan tsunami yang melanda pantai timur Honshu, Jepang, menyebabkan 27.600 kematian dan menimbulkan kerusakan US$185-308 miliar (Rp160-266 triliun) pada akhir Maret lalu. Badai Katrina menewaskan 1.836 orang dan menimbulkan kerusakan US$81 miliar (Rp70,1 triliun).

Sementara penurunan partikel cenderung menghasilkan manfaat kesehatan setempat, para ilmuwan menemukan manfaat kesehatan dan agrikultur dari pengurangan ozon. Artinya, negara seperti India mengalami perubahan emisi sebanyak perubahan emisi lokal. “Tak ada satu ukuran cocok untuk standar emisi di tiap negara. Butuh pendekatan berbeda,” lanjut Shindell.

Studi baru menunjukkan, ukuran yang sama bermanfaat bagi kesehatan manusia dan pertanian akan mengurangi secara signifikan perubahan iklim dalam waktu dekat. Sementara itu, karbon dioksida yang dilepaskan kendaraan berkontribusi pada pemanasan global, termasuk karbon hitam, sulfat, dan karbon organik.

Beberapa aerosol memantulkan sinar matahari dan menghasilkan efek pendinginan. Sementara sisanya menghangatkan atmosfer. Aerosol kendaraan dapat mempengaruhi perkembangan awan yang dampaknya tak terlalu diketahui untuk iklim. Model Shindell menunjukkan, standar emisi ketat akan mengurangi 20 derajat celcius pemanasan di belahan bumi utara dari 2040 hingga 2070.

“Meski standar ketat akan memberi manfaat iklim yang jelas dalam waktu dekat, dampak akumulasi karbon dioksida dari kendaraan begitu besar sehingga masih akan ada efek pemanasan secara keseluruhan dari emisi kendaraan,” kata Shindell.

Jelaga mudah menyerap sinar matahari dan menyebabkan atmosfer menghangat. Hal ini juga mempercepat pemanasan dengan cara melapisi permukaan salju dan es serta mengurangi reflektifitasnya. Serupa, ozon, gas rumah kaca juga menghangatkan Bumi.

Untuk manfaat kesehatan, model proyek dampak iklim standar lebih ketat sangat beragam tergantung daerah. Efek pendinginan sulfat diminimalkan di banyak bagian bumi, termasuk lembaran es dan gurun yang sangat reflektif. Hingga kini, kebanyakan studi melihat dampaknya pada kesehatan, agrikultur, atau iklim dari emisi isolasi.

Analisis Shindell merupakan salah satu analis pertama yang memiliki pendekatan lebih realistis. “Jenis studi ini jelas dibutuhkan para pembuat kebijakan. Ambil skenario kebijakan nyata dan periksa dampaknya pada aneka ragam isu, termasuk polusi udara, iklim, tanaman. Kemudian, gunakan hasil tersebut untuk mencari solusi antar daerah yang sangat bervariasi,” tutup ahli iklim Gavin Schmidt dari GISS.

Source/ref: Inilah.com - apr 2011

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More