Halaman

Minggu, 13 Maret 2011

Waspada, OBAT BOTAK Bikin Impoten Permanen

Bookmark and Share

Bagi kaum pria sebelum menggunakan obat penumbuh rambut dan pencegah kanker prostat hendaknya berhati-hati. 

Sebuah penelitian menemukan, obat-obat seperti dutasteride (Avodart) dan finasteridePropecia dan Proscar) dapat menyebabkan disfungsi seksual yang sulit diubah bagi pria.
 

Dalam sebuah penelitian ditemukan penggunaan dutasteride (Avodart) dan finasteride (Propecia dan Proscar) dikaitkan dengan disfungsi ereksi, depresi, dan kehilangan libido. Dalam sebagian kecil kasus, gejala itu bertahan bahkan setelah obat dihentikan.

Seperti yang dikutip
USAToday, Sabtu (12/3), efek samping yang ditimbulkan obat tersebut bagaikan hukuman seumur hidup bagi kaum pria. "Tidak ada seks, tidak ada hasrat. Berpotensi depresi," kata pemimpin peneliti Abdulmaged M. Traish, seorang profesor biokimia dan urologi di Boston University School of Medicine.

Menurut Traish, hampir semua orang yang memakai obat-obatan ini mengalami beberapa efek samping. "Tapi, beberapa pengalaman lebih drastis dari yang lain," tambahnya.


Seperti diketahui, obat-obatan yang diresepkan ini untuk mengobati kondisi urologis umum yang disebut
benign prostatic hyperplasia (BPH) dan kebotakan. Mereka bekerja dengan menghalangi androgen. Dalam kasus BPH, obat tersebut membantu mengurangi pembesaran prostat, membuat lebih mudah buang air kecil.

Tapi ada sisi negatifnya. "Kita perlu androgen untuk ereksi, fungsi libido, dan ejakulasi," ujar Traish.�


"Saya tidak khawatir orang-orang yang berhenti minum obat dan mendapatkan kehidupan mereka kembali, (yang menjadi perhatian saya) tentang orang-orang yang berhenti minum obat tersebut, tetapi mereka tidak mendapatkan kehidupan mereka kembali," imbuh Traish.


Untuk penelitian, yang diterbitkan dalam edisi Maret
Journal of Sexual Medicine, tim Traish mencari literatur medis yang tersedia untuk laporan efek samping seksual yang berhubungan dengan finasteride dan dutasteride. Sekitar 8% pria yang meminum obat tersebut dilaporkan mengalami disfungsi ereksi, dan 4,2% dilaporkan libidonya berkurang, dibandingkan dengan 4% dan 1,8% laki-laki yang masing-masing menerima plasebo.

Berdasarkan catatan peneliti, kurangnya ejakulasi dan volume air mani dan depresi juga dilaporkan dari beberapa orang. Traish mengatakan dokter perlu menginformasikan kepada pasien mereka tentang potensi efek samping.


"Sebagai dokter, Anda memiliki tanggung jawab untuk meminta waktu dan menjelaskan kepada pasien Anda. Mungkin tidak semua orang akan mengalami efek samping ini, tetapi dalam beberapa kasus ini tidak dapat diubah," katanya.


Dia juga mengatakan, obat alternatif yang tersedia untuk mengobati BPH, termasuk
alpha-blocker seperti Flomax, yang bekerja secara berbeda dalam tubuh. Seringkali ini diberikan dalam kombinasi dengan Propecia atau Avodart.

Sementara itu seorang profesor urologi di University of Miami Miller School of Medicine, Dr Bruce R. Kava, setuju bahwa obat-obatan ini menyebabkan beberapa masalah. "Tapi mereka belum dapat meyakinkan saya berdasarkan data ini, karena mereka tidak memiliki data apapun untuk jangka panjang," kata Kava.


Menurut Kava, kebanyakan urolog membahas potensi efek samping dengan pasien mereka. "Kami tidak selalu membahas konsekuensi jangka panjang yang tidak berubah karena kebanyakan dari kita belum mengetahui adanya masalah jangka panjang dari bat-obatan," pungkasnya.


Source/ref: Liputan6.com - Mar 2011 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More