Halaman

Selasa, 01 Maret 2011

Dapatkah Manusia Berhibernasi?

Bookmark and Share

Terkadang, kasus ajaib manusia berada dalam keadaan seperti hibernasi sering dilaporkan. Namun, benarkah manusia bisa berhibernasi layaknya beruang?

Pada 2006, seorang pria (35) diselamatkan dari lereng gunung salju di Jepang setelah hilang selama 24 hari. Pria tampak bisa bertahan hidup dengan memasuki keadaan mati suri dimana organ dimatikan, suhu tubuh turun menjadi 71 derajat, dan metabolismenya...melambat, bahkan hampir berhenti.

Selanjutnya, pria itu pulih secara penuh. Bagaimana bisa kejadian luar biasa ini terjadi? Apakah pria Jepang itu benar-benar berhibernasi seperti beruang? Apakah kemampuan bangun dari tidur berkepanjangan terbatas pada beberapa orang beruntung atau semua orang bisa melakukannya?

Banyak ilmuwan percaya, cerita-cerita aneh bertahan hidup itu bukanlah cerita bohong belaka atau cerita yang dibesar-besarkan media, melainkan manifestasi kemampuan laten untuk hibernasi yang dimiliki semua manusia.

Ahli biologi sel Mark Roth bersama rekan di Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle menyatakan, hidrogen sulfida menjadi kunci mati suri. Dalam percobaan pada 2005, para peneliti menginduksi hibernasi untuk pertama kalinya pada tikus laboratorium dengan menghirup dosis besar gas hidrogen sulfida.

Bahan kimia pun terikat dengan sel-sel di tempat oksigen dan secara efektif mematikan semua proses metabolisme pada tikus serta secara signifikan mengurangi suhu tubuh tikus. Pada jam berikutnya ketika ilmuwan menggantikan hidrogen sulfida dengan udara normal, tikus keluar dari hibernasi dan tak menunjukkan efek samping.

“Kami rasa hal ini adalah kemampuan laten yang dimiliki semua mamalia, termasuk manusia. Kami hanya memanfaatkannya kemudian mengidup dan mematikannya. Hal ini membuat keadaan hibernasi bisa dilakukan sesuai permintaan,” kata Roth LiveScience tak lama setelah studi ini diterbitkan di jurnal Science.

Sejak itu, peneliti di Lab Roth terus bereksperimen dengan bahan kimia. Mereka mempelajari dampaknya pada C. elegans, spesies cacing gelang. “Cacing memiliki respon yang sama persis seperti manusia pada hidrogen sulfida,” kata rekan roth di Lab Roth, Jason Pitt.

“Jika Anda terkena hidrogen sulfida, Anda akan ‘pingsan’. Segera kehilangan kesadaran dan jika terlalu lama Anda akan mati. Jika Anda menggantinya dengan udara segar, Anda akan pulih. Cacing kecil ini juga melakukan hal sama”.

Karena manusia dan cacing serupa dalam merespon hidrogen sulfida, hal ini membuat reaksi senyawa itu lebih mudah dipecahkan pada cacing daripada manusia. Cacing itu menjadi organisme sempurna untuk mempelajari efek menarik bahan kimia tersebut.

Suatu hari nanti, peneliti berharap gas itu bisa digunakan menginduksi hibernasi pada manusia, yang dapat memungkinkan segala sesuatu mulai dari perjalanan ke luar angkasa jarak jauh hingga mati suri selama pemulihan trauma.

Perlu ke Yupiter namun tak dapat memasukkan makanan yang cukup ke pesawat? Maka berhibernasilah. Butuh transplantasi ginjal tapi tak memiliki donor organnya? Tidur saja dan tunggu donor yang cocok.

Sayangnya, penelitian belum sampai pada titik itu. “Karena kita tak tahu banyak tentang cara kerja hidrogen sulfida dan kita belum mampu melakukan hal yang sama pada orang seperti yang kita lakukan pada organisme lain,” papar Pitt.

“Kami mulai mempelajari lebih lanjut cara kerja agen itu. Dengan mempelajari molekul terkait dan bagaimana cara kerjanya, kami mulai tergoda dengan apa yang akan terjadi”. Bahkan, jika paparan gas itu akhirnya dapat digunakan untuk menginduksi mati suri pada manusia, bagaimana hal itu menjelaskan kasus manusia yang kebetulan berhibernasi?

”Karena penelitian awal lab kami, banyak orang menunjukkan bahwa hidrogen sulfida secara endogen ada dalam tubuh manusia,” kata Pitt. “Hal ini dibuktikan adanya semacam peraturan molekul internal yang ada di semua tubuh manusia. Namun, kita belum tahu apa itu dan bagaimana cara kerjanya”.

Meski tak mengklaim mengetahui segalanya, para ilmuwan itu berpikir bahwa bahan kimia itu sudah ada dalam tubuh kita sejak kehidupan muncul 3,5 miliar tahun silam.

Sangat masuk akal manusia dan mamalia lain memiliki kemampuan laten memasuki kondisi mati suri,” kata Pitt. “Pada awal sejarah Bumi di saat oksigen tidak ada. Manusia memang memiliki senyawa sulfur seperti hidrogen sulfida”.

Terdapat organisme di luar sana berada di lingkungan ekstrim yang bernapas dengan hidrogen sulfida. “Tampaknya manusia berasal dari lingkungan itu. Karena biologi membawa ‘bagasi’ di sekitarnya, tak heran jika manusia memiliki kemampuan melakukan beberapa reaksi kimia yang cukup kuno ketika oksigen pertama mulai muncul dan ketika cyanobacteria mulai mengubah kimia bumi”.

Banyak jenis bakteri yang mampu menyalakan dan mematikan metabolisme mereka sebagai mekanisme bertahan hidup. Menurut Pitt, manusia tak jauh beda. “Sel-sel eukariotik kita merupakan organisme simbiosis,” katanya. Mitokondria manusia berevolusi dari bakteri dan pada dasarnya manusia lebih mirip dengan bakteri itu. 

Source/ref: Inilah.com - 27 Feb 2011

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More